– Para petani ubi di Lampung terus berjuang mempertahankan produktivitas di tengah tantangan perubahan cuaca yang tidak menentu. Sebagai salah satu penghasil ubi terbesar di Indonesia, Lampung dikenal dengan hasil panen ubi kayu yang berkualitas tinggi. Namun, perubahan iklim, keterbatasan akses pupuk, dan fluktuasi harga pasar menjadi tantangan yang dihadapi para petani tahun ini.
Tantangan Perubahan Cuaca
Sejak awal tahun 2024, pola cuaca yang tidak menentu menyebabkan banyak petani mengalami penurunan hasil panen. Sutarjo (45), seorang petani dari Kecamatan Tanjung Bintang, menyatakan bahwa curah hujan yang tidak merata membuat proses penanaman ubi menjadi sulit.
“Dulu kami bisa memprediksi kapan musim hujan dan kemarau, tapi sekarang sulit. Kadang hujan turun terlalu deras, kadang tiba-tiba kemarau panjang,” ujarnya. Akibatnya, banyak tanaman ubi tidak tumbuh optimal dan rentan terserang penyakit.
Fluktuasi Harga dan Keterbatasan Pupuk
Selain masalah cuaca, petani juga dihadapkan pada fluktuasi harga ubi di pasaran. Harga ubi sempat anjlok hingga Rp 1.000 per kilogram di beberapa wilayah. Menurut Kepala Dinas Pertanian Lampung, kondisi ini dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan dari industri pengolahan tapioka.
Masalah lain yang dikeluhkan adalah keterbatasan pupuk bersubsidi. Sriyono (50), petani dari Kabupaten Lampung Tengah, mengatakan bahwa pupuk bersubsidi sulit didapat, sehingga memengaruhi kualitas tanaman. “Kami terpaksa membeli pupuk non-subsidi dengan harga lebih mahal, tapi kalau tidak pakai pupuk hasil panen bisa merosot drastis,” tuturnya.
Upaya dan Harapan Petani
Meski menghadapi berbagai tantangan, para petani ubi di Lampung tidak menyerah. Beberapa di antaranya mulai menerapkan metode tanam yang lebih adaptif, seperti penggunaan varietas ubi yang tahan terhadap perubahan cuaca serta pengolahan tanah yang lebih baik.
Selain itu, pemerintah daerah bekerja sama dengan penyuluh pertanian untuk memberikan pelatihan terkait teknik bercocok tanam yang lebih efektif dan efisien. Program bantuan bibit unggul dan alat pertanian juga diharapkan dapat meringankan beban petani.
Haryati, seorang petani muda di Lampung Timur, optimistis bahwa sektor pertanian ubi masih memiliki peluang besar. “Kalau didukung dengan teknologi dan akses pasar yang baik, kami yakin bisa meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani,” katanya.
Potensi Ekonomi Ubi Lampung
Lampung memiliki potensi besar sebagai sentra produksi ubi kayu nasional, dengan luas lahan mencapai lebih dari 300 ribu hektare. Ubi kayu dari Lampung tak hanya dipasarkan untuk konsumsi dalam negeri, tetapi juga diekspor dalam bentuk tepung tapioka ke berbagai negara.
Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan inovasi dari para petani, diharapkan Lampung dapat terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu lumbung pangan nasional untuk komoditas ubi kayu.